WONG CHUN SEN GERAK SECEPAT PETIR! DI SAAT BANJIR MERATAKAN HARAPAN, KETUA DPRD MEDAN HADIR MENGANGKAT MARTABAT WARTAWAN KORBAN BENCANABantuan yang disebutnya ‘tak seberapa’ justru menjadi simbol besar bahwa kepemimpinan sejati lahir dari hati yang bekerja lebih dulu daripada ucapan.
MEDAN, Noktah Sumut.Com — Di tengah kepanikan, air bah, dan kesedihan yang menyapu Kota Medan, muncul satu figur yang memilih berdiri di garis paling depan: Ketua DPRD Medan Drs. Wong Chun Sen Tarigan, M.Pd.B.
Saat banyak pihak hanya menonton dari kejauhan, Wong justru melangkah cepat, membuka pintu rumahnya, dan membuka hatinya bagi para wartawan yang menjadi korban banjir.
Mereka bukan sekadar penulis berita.
Mereka adalah mata publik.
Dan kali ini, mereka adalah korban yang nyaris tak bersuara.
Wong tidak menunggu seremoni, tak menunggu panggung. Ia hanya berkata dalam hati: “Mereka harus dibantu, sekarang juga.”
“Bantuan Saya Tidak Besar… Tapi Kepedulian Tidak Boleh Kecil”
Di kediamannya di Jalan Budi Pembangunan III, Wong menyerahkan sembako dan tali asih kepada wartawan Unit DPRD Medan.
Kalimatnya pelan namun menggetarkan:
“Bantuan saya tidak besar. Tapi kepedulian tidak boleh kecil. Wartawan juga manusia—bisa susah, bisa jatuh, tapi harus tetap kita angkat bersama.”
Inilah kalimat yang membuat para wartawan terdiam.
Bukan nilainya, tetapi ketulusannya.
Bukan jumlahnya, tetapi niatnya.
PANDEMI BANJIR, PANDEMI KESULITAN: WARTAWAN JUGA TERDAMPAK
Banyak wartawan kehilangan:
barang elektronik,
perabot rumah,
sepeda motor,
bahkan ada yang mobilnya terendam total.
Di tengah serba kekurangan itu, Wong datang bukan sebagai pejabat, melainkan sebagai saudara.
“Saya minta data wartawan yang rumahnya terendam. Mereka harus disantuni. Jangan tunggu nanti. Saat mereka susah, kita harus hadir.”
Sederhana, tapi kelas seorang pemimpin justru terlihat di momen krisis.
Melihat Langsung Derita Warga: ‘Ada yang Kehilangan Nyawa… Saya Sedih Sekali’
Wong juga menceritakan pengalaman saat turun bersama TNI–Polri ke daerah paling parah terdampak banjir:
Brigjen Katamso
Medan Polonia
Medan Labuhan
Air naik cepat, rumah hanyut, benda hilang, dan jiwa melayang.
“Melihat langsung situasinya, saya benar-benar sedih. Banyak yang kehilangan segalanya. Pemerintah harus lebih siap.”
Ia mendesak peningkatan kesiapsiagaan alat keselamatan:
perahu karet, logistik, dan jalur evakuasi permanen.
Wong Chun Sen — Emas Kata dari Ketua DPRD Medan
“Bantuan kecil dengan ketulusan besar jauh lebih berarti.”
“Wartawan mengangkat suara rakyat—hari ini giliran saya mengangkat beban mereka.”
“Banjir boleh merendam kota, tapi jangan merendam kepedulian.”
“Kemanusiaan tidak menunggu jadwal rapat.”
“Saya memberi yang ada, bukan menunggu yang banyak.”
“Kata-kata wartawan menjaga negeri ini.”
“Pemimpin harus hadir sebelum diminta.”
“Musibah adalah ujian, empati adalah jawabannya.”
“Setitik bantuan, selaut harapan.”
“Kecil bagiku, besar untuk mereka.”
“Jurnalis kuat menulis berita, tapi tetap manusia yang bisa terluka.”
“Saya tidak membawa banyak, tapi saya membawa kepedulian.”
“Ketika derasnya air turun, mari derasnya empati kita naik.”
“Kota ini besar, tapi hati kita harus lebih besar.”
“Solidaritas adalah bahasa universal kemanusiaan.”
“Hidup ini saling menguatkan, bukan saling meninggalkan.”
“Saya datang bukan sebagai pejabat—saya datang sebagai saudara.”
“Mari kita bangun Medan, bukan hanya bangun gedungnya, tapi bangun hatinya.”
“Air bah menghanyutkan banyak hal, tapi jangan biarkan ia hanyutkan persaudaraan.”
“Wartawan menjaga demokrasi—hari ini saya menjaga mereka.”
Ucapan Terima Kasih Wartawan: “Perhatian Ini Menenangkan Kami”
“Terima kasih Ketua Wong… perhatian ini lebih dari sekadar bantuan. Ini adalah pelukan moral bagi kami,” ujar wartawan di lokasi.
(Srisahati)
