Uncategorized

Ketua Komisi II DPRD Medan H. Kasman Lubis: Jangan Biarkan Rakyat Hanya Diberi Imbauan, Tapi Tak Dapat Napas!

MEDAN, Noktahsumut.com — Lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang menembus angka lebih dari 30 ribu kasus di Kota Medan per September 2025 bukan lagi sekadar catatan medis — ini alarm sosial yang menjerit di tengah kota.
Dan seruan paling keras datang dari Ketua Komisi II DPRD Medan, H. Kasman bin Marasakti Lubis, Lc., M.A., yang menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh berlindung di balik kata “imbauan” sementara rakyat terengah-engah menghadapi udara kotor dan fasilitas minim.

“Kami menghargai langkah cepat Dinas Kesehatan, tapi jangan berhenti di surat edaran. Rakyat tidak butuh imbauan — mereka butuh tindakan!” tegas Kasman, Selasa (21/10/2025).

“Kebijakan tanpa tindakan hanyalah janji tanpa napas.”

Kasman meminta agar Pemko Medan memastikan seluruh puskesmas siap siaga, obat tersedia, dan tenaga medis tak lagi kewalahan. Ia juga menegaskan pentingnya inspeksi langsung ke lapangan, bukan sekadar laporan di meja rapat.

“Pemimpin yang baik bukan yang banyak berbicara, tapi yang hadir di tempat rakyat menderita,” ujarnya tajam.

“Kesehatan bukan sekadar program — ia adalah cermin sejati keberpihakan.”

Kasman menilai lonjakan ISPA tidak bisa dilepaskan dari kualitas udara yang memburuk, cuaca ekstrem, dan padatnya permukiman di Medan. Ia meminta agar pemerintah menindaklanjuti dengan tindakan preventif menyeluruh, termasuk penyemprotan disinfektan di sekolah, pasar, dan area publik, serta kampanye kesehatan yang menyentuh akar rumput.

“Rakyat berhak atas udara bersih, bukan hanya kata-kata manis dalam imbauan,” sindirnya.

“Udara kotor adalah penyakit yang tak kasat mata, tapi paling cepat membunuh kepedulian.”

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menyoroti lemahnya peran edukasi di tingkat kelurahan. Ia menegaskan perlunya kader kesehatan aktif di setiap lingkungan untuk mengedukasi masyarakat sejak dini.

“Perubahan perilaku tidak lahir dari ketakutan, tapi dari pengetahuan yang dibangun terus-menerus,” jelasnya.

“Ilmu adalah vaksin pertama bagi kebodohan kesehatan.”

Kasman juga menyoroti pentingnya penyuluhan di sekolah dan posyandu. Ia menyebut anak-anak dan lansia sebagai “penjaga generasi dan penyangga sejarah” yang harus dilindungi.

“Kalau anak-anak kita batuk, itu bukan hanya penyakit — itu tanda alarm dari masa depan,” katanya lantang.

“Jangan biarkan masa depan tercekik di paru-paru anak-anak kita.”

Kasman menyerukan agar semua pihak bersatu menghadapi gelombang penyakit ini. Menurutnya, krisis kesehatan bukan urusan Dinas Kesehatan semata, melainkan panggilan nurani seluruh elemen kota. . . “Krisis ini harus dijawab dengan gotong royong dan tindakan cepat. Jangan tunggu sampai napas rakyat menjadi angka statistik,” tegasnya.

“Data boleh naik, tapi hati nurani jangan pernah turun.”

Menutup pernyataannya, Kasman menyampaikan pesan moral yang menggugah — sebuah peringatan bagi para pemangku kepentingan di Kota Medan:

“Kota yang beradab adalah kota yang tak membiarkan warganya sesak napas di bawah langit sendiri. Kita bisa bangun gedung tinggi, tapi tak ada artinya jika rakyat tak bisa menarik napas lega.”

“Napasku, napasmu, napas Medan — itu tanggung jawab kita bersama.”


Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Medan melaporkan bahwa jumlah kasus ISPA meningkat tajam dari 25.715 kasus pada Agustus menjadi 30.952 kasus pada September 2025.
Pemerintah mengimbau masyarakat agar kembali memakai masker, menjaga kebersihan tangan, menghindari asap rokok, dan memperhatikan kebersihan lingkungan.

Namun, bagi Ketua Komisi II DPRD Medan, H. Kasman Lubis, imbauan saja tidak cukup. Saat rakyat kesulitan bernapas, pemerintah wajib turun tangan — bukan hanya bersuara.
(Srisahati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *